Allah memerintahkan untuk berusaha
dan..........
Allah juga yang memberikan sumber daya sebagai modal untuk berusaha,
dan..........
Allah juga yang memutuskan diberikan atau tidak hasil usahanya.
Tentang hasil usaha, maka ini adalah hak Allah. Ia berhak menentukan untuk memberikan apa yang diminta oleh hambaNya, atau bisa pula menunda atau menggantinya dengan pemberian yang lain. Jika ternyata hasil usaha yang diinginkan tidak sejalan dengan kehendak Allah maka sikap seorang mukmin (orang yang beriman kepada takdir) adalah menerima dengan lapang dan tidak berburuk sangka kepada Allah.
Perkara jatah rezeki adalah perkara yang ghaib. Kerana keghaiban ini, Allah tidak membebankan kepada manusia untuk mencari tahu jatah rezekinya. Yang dibebankan adalah berusaha.
Oleh karena itu, yang dibalas oleh Allah bukan keberhasilan mencapai tujuan, tapi kesungguhan usaha untuk mencapai tujuan itu. Pahalanya berbanding lurus dengan usahanya, bukan hasil usahanya.
Kerana keghaiban ini pula, seseorang tidak layak menyandarkan hasil kepada jerih payahnya semata. Sebab, sehebat apapun rencana dibuat oleh manusia, Allah jualah yang menghendaki itu terlaksana atau tidak. Maka dari itu, berharap dan berdoa adalah saudara setia yang harus senantiasa menemani aktiviti berusaha. Doa ditujukan untuk meminta kepada Allah untuk dimudahkan turunnya rezeki yang sedang diusahakan.
Lantas, apakah dengan berdoa akan mengubah jatah rezeki yang sudah menjadi takdir? Jatah rezekinya tidak akan berubah, sudah Allah gariskan sejak manusia dalam kandungan ibunya. Namun doa adalah salah satu sebab terjadinya takdir.
Di kitabnya, Ad-Daa' wa Ad-Dawa', Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah menjawab,
"Taqdir itu ditentukan Allah melalui beberapa sebab. Dan di antara sebabnya adalah doa. Allah tidak mentaqdirkan sesuatu tanpa sebab. Allah juga menentukan sebab itu. Manakala seorang hamba melakukan sebab itu, maka taqdir itu pun terjadi.
Seperti halnya taqdir kenyang dan hilangnya dahaga dengan makan dan minum. Taqdir lahirnya seorang anak melalui proses perkawinan. Taqdir makan daging binatang dengan menyembalihnya terlebih dahulu. Termasuk taqdir masuk surga dengan amal perbuatan dan masuk neraka dengan amal perbuatan. Maka, doa merupakan sebab paling penting untuk menggapai taqdir."
Jadi...........
Allah ciptakan takdir,
Allah jua yang menciptakan sebab sehingga takdir itu terjadi.
Kalau sebab ini tidak ditempuh, maka tidak terjadi takdir itu. Dan, salah satu sebabnya adalah doa.
Doa adalah ibadah yang disyariatkan Allah kepada hamba agar dalam berinteraksi dengan Allah, perasaan harap dan keinginan kuat untuk mendapatkan apa yang diinginkannya tertancap di dalam dirinya. Dan jika seseorang mempunyai keinginan kuat untuk mendapatkan 'harapannya' serta takut kehilangan 'harapan'tersebut, tentu hal itu akan semakin menggerakkannya untuk berbuat dan mengoptimalkan usahanya.
Dengan demikian, takdir adalah batas yang digariskan oleh Allah swt. atas jalan hidup manusia. Ada sebab yang memungkinkan manusia mencapai batas itu, tapi ada batas yang tidak mampu dilebihi oleh sebesar apapun usaha manusia, kecuali Allah menghendaki. Maka salah kalau ada yang mengatakan manusia tidak diberi ruang sama sekali untuk berusaha, atau sebaliknya tidak ada batas atas usaha manusia.
Tapi, ternyata dalam satu waktu manusia boleh memilih takdir tergantung sebab yang ia pilih. Dan memilih taqdir baik adalah bahagian dari ikhtiar yang dianjurkan dalam Islam.
Suatu ketika Umar bin Khatthab menginstruksikan pasukannya yang sedang melaksanakan operasi peperangan agar berpindah dari tempat yang diindikasikan terkena epidemi kolera menuju tempat lain. Salah seorang pasukan berkomentar,
"Apakah Anda ingin berlari dari taqdir Allah, wahai Umar?" Khalifah kedua ini menjawab, "Ya, kita berlari dari taqdir Allah menuju taqdir Allah."
Lantas, bagaimana memilih taqdir? Rasulullah saw. bersabda,
"Masing-masing orang akan dipermudah menuju taqdirnya." (Muttafaq Alaihi)
sama2 kita berdoa untuk taqdir yang baik...insya'allah...
Wa Allaahu a'lamu bi shawaab.
No comments:
Post a Comment