Sunday, March 15, 2009

sabar itu indah...susah itu tarbiyyah

"Ujian adalah tarbiyyah dari Allah...
Apakah kita 'kan sabar...
Ataupun sebaliknya..."


Manusia yang normal, setiap hari tak lari dari masalah, tak lepas dari tekanan. Sebagai seorang Muslim, sudah tentu kita kena ikut hukum alam, ikut sunnatullah. Kalau hidup tanpa dugaan dan cabaran, tak normal la pula.


Cuma,


adakalanya kita rasa kuat, dan adakalanya kita rasa lemah. Mungkin sebab hati kita tidak cukup kental sewaktu ditimpa musibah. Mungkin sebab jiwa kita lesu ketika masalah bertandang. Mungkin sebab iman kita rapuh saat dilanda ujian. Mungkin sebab hati gelap diselaputi dosa, kita tidak mampu melihat dan berfikir hikmah di sebalik apa yang berlaku.


“Apa dosa aku?” Pernah dengar ayat macam ni? Seolah-olah kita ni maksum sangat, macam tak ada dosa pula. Padahal setiap hari pun tak lepas dari dosa. Anggaplah musibah yang kita hadapi sebagai kaffarah dan penghapus dosa-dosa kita. Tak rugi pun.


Saya pernah terbaca dalam sebuah artikel, suatu ketika Saidina Umar bin al-Khattab, pernah berputus asa ketika kemenangan Islam tidak muncul. Pada hal di sisi beliau ada Rasulullah SAW. Perasaan putus asa Umar ini jauh lebih bernilai daripada rasa putus asa kita yang kehilangan harta, material, dunia, dan keluarga.


Perasaan putus asa Umar adalah mewakili Islam dan kesetiaannya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Manakala perasaan putus asa kita mewakili kepentingan dan ego dalam diri sendiri.


Umar meratap sedih:

Wahai Rasulullah bukankah kamu utusan Allah? Bukankah Agama ini benar? Rasulullah menguatkan semangat sahabatnya: Sesungguhnya aku adalah seorang hamba Allah dan sudah tentu Dia tidak akan membinasakan diriku.

(Sirah Nabawiyah oleh Dr Mustafa al-Sibaie)


Kata-kata keramat Baginda ini sudah selayaknya menghiasi hati orang mukmin yang bergantung sepenuhnya kepada Allah SWT.Dr Yusuf Al-Qaradawi, dalam kitabnya Al-Iman wal Hayah menyatakan :


Tidak mungkin manusia dapat menghindarkan diri daripada pelbagai kesulitan, begitulah kenyataan hidup, ramai yang bersua dengan kegagalan, ditinggalkan kekasih, penyakit menyerang tubuh, kehilangan harta benda dan seterusnya.


Kemudian beliau mengambil hadis Rasulullah bermaksud:

Perumpamaan orang beriman yang ditimpa ujian bagai besi yang dimasukkan ke dalam api, lalu hilang karat dan tinggal yang baiknya saja.


Beliau juga meminjam kata-kata seorang ulama:

Setiap kali aku ditimpa ujian duniawi, terbayang olehku tiga kurniaan Tuhan.

Yang pertama, cubaan itu tidak menjejaskan agamaku.

Yang kedua, aku tidak ditimpa bahaya yang lebih besar dari itu.

Yang ketiga, aku mendapat pahala dari Allah SWT kerananya.”


Betapa indahnya ungkapan semangat yang mencerminkan kekerasan hati orang beriman. Seperti mana kata-kata Saidina Urwah bin al-Zubair saat menghadapi sakit sehingga anggota badannya diamputasi dan kematian anak lelakinya:


Ya Allah, di atas kesedihan ini hamba memuji-Mu, Engkau memberiku tujuh orang anak, lalu Engkau mengambilnya satu. Aku tidak menyesal, bukankah Engkau tinggalkan untukku enam orang lagi? Kaki dan tanganku semuanya empat dan Engkau hanya ambil satu saja daripada mereka. Bukankah ada tiga lagi yang sepatutnya aku syukuri? Kalau Engkau yang mengambil maka Engkau juga yang memberi. Kalau Engkau yang menurunkan bala, sesungguhnya Engkau juga yang menyelamatkan.


Cukuplah kata-kata ini menjadi penguat semangat kita. Saya selalu pujuk diri untuk bersabar, walaupun saat saya merasa lemah dan tidak mampu, saya cuba cari kekuatan. Tidak selayaknya kita mengeluh dengan ujian yang tidak seberapa, jika hendak dibandingkan dengan penderitaan saudara seislam yang lain, dan sahabat-sahabat di zaman Rasulullah s.a.w.

~peringatan buat diriku…



"Apabila hati sedih dengan ujian kehidupan yang melelahkan jiwa, alirkanlah air matamu wahai jiwa.. Tumpahlah ke tikar solatmu.. Sesungguhnya Allah mendengar tangisanmu yang memohon kasih-Nya..."

No comments: